Fahri Hamzah: Dominasi Uang di Pemilu Mulai Tergeser oleh Kekuatan Gagasan

by
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora Indonesia Fahri Hamzah berbicar dalam Kajian Pengembangan Wawasan Kebangsaan Bagian 2 yang digelar secara daring, Jumat (14/11/2025) malam. (Foto: GMC)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gelora Indonesia Fahri Hamza menilai dinamika politik global menunjukkan bahwa pemilu tidak lagi sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan uang, melainkan oleh kualitas gagasan yang ditawarkan para calon pemimpin. Ia menegaskan perubahan ini menjadi sinyal positif bagi masa depan demokrasi, termasuk di Indonesia.

Dalam Kajian Pengembangan Wawasan Kebangsaan Bagian 2 yang digelar secara daring, Jumat (14/11/2025) malam, Fahri menyampaikan bahwa pemilih kini semakin kritis dalam menilai visi dan program kandidat. “Perlahan, publik mulai melihat gagasan apa yang dibawa para calon pemimpin untuk memperbaiki keadaan, bukan lagi semata-mata kemampuan finansialnya,” kata Fahri.

Ia mencontohkan kemenangan Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York yang menurutnya menjadi bukti kuat bahwa idealisme dan gagasan dapat menembus dominasi uang di panggung politik modern.

“Mamdani adalah anak muda, muslim, dan berlatar keluarga imigran India. Namun ia bisa memenangkan hati warga New York karena sejak awal membawa gagasan yang kuat,” ujarnya.

Menurut Fahri, fenomena tersebut menunjukkan bahwa dalam demokrasi, dominasi uang dapat dikalahkan oleh idealisme yang didukung oleh banyak orang karena tertarik pada gagasan yang ditawarkan. Ia berharap pola serupa dapat tumbuh di Indonesia pada pemilu mendatang.

“Kita ingin contestation of ideas, bukan contestation of money. Namun realitas saat ini masih menunjukkan kuatnya pengaruh uang dibandingkan gagasan,” katanya.

Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (Wamen PKP) ini mengakui bahwa kondisi itu berdampak pada kualitas sebagian wakil rakyat yang terpilih, yang dinilainya lebih mengandalkan popularitas ketimbang kapasitas untuk memimpin negara. Menurut dia, dua model pembiayaan pemilu belakangan lebih memberi ruang bagi mereka yang populer atau berkecukupan, namun belum tentu memiliki pengetahuan mendalam mengenai tata kelola negara.

Sebagai mantan Wakil Ketua DPR Periode 2019–2024, ia menilai sebagian anggota legislatif tidak menampilkan rekam jejak diskusi kebangsaan maupun penulisan gagasan bagi publik. Kondisi itu, katanya, berpengaruh pada kinerja ketika terpilih.

Untuk itu, ia mendorong generasi muda Indonesia konsisten mengembangkan gagasan dan mengambil peran dalam ruang publik. “Saya berharap anak-anak muda tidak hanya membaca buku, tetapi juga berlatih berbicara, membuat video, dan menawarkan narasi kebangsaan. Mereka harus mulai memikirkan daerah dan bangsanya,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa media sosial dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan penyebaran gagasan, termasuk Facebook, X, Instagram, hingga TikTok.

Fahri juga menyampaikan bahwa Partai Gelora terus memperkuat kapasitas kader dan fungsionaris melalui Kajian Pengembangan Wawasan yang mencakup Wawasan Keislaman, Wawasan Geopolitik, dan Wawasan Kebangsaan.

Pahami Konsep Kebangsaan

Khusus untuk materi Wawasan Kebangsaan yang ia bawakan, Fahri berharap para kader memahami konsep kebangsaan sebagai cita-cita kolektif sekaligus fondasi bagi kontribusi besar Indonesia di masa depan.

“Sebagai perawi masa depan, Partai Gelora konsisten memperjuangkan gagasan kebangkitan Indonesia menjadi superpower baru dunia,” pungkasnya. (Ery)