BERITABUANA.CO, JAKARTA – Anggota Komisi VIII DPR RI, Surahman Hidayat, mengapresiasi kreativitas Kementerian Agama (Kemenag) yang menghadirkan Tepuk Sakinah sebagai bagian dari pendekatan edukatif yang komunikatif dan menyenangkan.
Menurutnya, pendekatan seperti ini bisa menjangkau generasi muda dengan cara yang lebih ringan dan mudah diterima. Terlebih saat ini Tepuk Sakinah sudah viral di media sosial.
Ia pun berharap, edukasi pranikah di Indonesia tidak hanya bersifat seremonial dan normatif. Tetapi harus menjadi proses pembentukan nilai dan keterampilan hidup bersama.
”Tepuk Sakinah harus menjadi pintu masuk, bukan tujuan akhir. Di balik gerakan tangan dan jargon ceria, harus ada kedalaman nilai, pemahaman spiritual, dan kesiapan mental yang benar-benar dibangun,” kata Surahman, dalam keterangan persnya, Selasa, (14/10/2025).
Pihaknya juga menekankan pentingnya menghindari simplifikasi makna pernikahan yang menganggap pernikahan hanya soal ijab kabul dan tinggal serumah, tanpa memahami tanggung jawab spiritual, emosional, dan sosial di baliknya.
”Pernikahan bukan hanya kontrak sosial, melainkan ibadah sepanjang hayat. Dalam perspektif Islam, menikah adalah jalan untuk menyempurnakan separuh agama, membangun keluarga sebagai ladang amal, dan menjaga kehormatan diri,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Surahman mendorong agar program bimbingan calon pengantin tidak berhenti pada simbol, tetapi menyentuh substansi, dan mendorong pentingnya perbaikan dan penyempurnaan kurikulum materi wajib dalam bimbingan calon pengantin. (Jim)