Ketabahan Haikal, Ning Lia: Santri Kecil yang Hidupkan Iman di Tengah Musibah

by
Anggota DPD RI, Lia Istifhama, menjenguk Haikal di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo. (Foto: DPD RI)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi korban ambruknya mushola Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Proses pencarian dan penyelamatan para santri ini menjadi perhatian luas publik, bahkan sejumlah tokoh penting ikut memberikan dukungan langsung, termasuk menjenguk korban selamat di rumah sakit.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menko PMK Abdul Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, Senator Lia Istifhama, Bupati Sidoarjo H. Subandi, dan Wakil Bupati Mimik Idayana, turut hadir memberikan perhatian.

Kehadiran mereka menambah haru, terutama saat kisah dua santri, Syailendra Haikal (13) dan Yusuf (16), mencuat. Keduanya berhasil bertahan hidup setelah tertimbun reruntuhan lebih dari dua hari. Percakapan lirih Haikal dengan tim penyelamat yang viral di media sosial, menggugah empati nasional.

“Semuanya sakit,” lirih Haikal dengan suara lemah saat ditanya seorang rescuer bernama Aziz pada 30 September lalu. Ungkapan itu masih membekas hingga kini di ingatan publik.

Pada 2 Oktober 2025, Anggota DPD RI, Lia Istifhama, menjenguk Haikal di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo. Didampingi relawan LazisNU Care Jatim, Rofii Boenawi, serta kedua orang tua Haikal, Abdul Hawi dan Dwi Ajeng, Ning Lia mengaku tersentuh melihat ketegaran bocah 13 tahun itu.

“Haikal usianya hampir sama dengan anak saya. Hanya selisih sebulan. Saat saya menengok, matanya jelas menahan sakit, tapi ia tetap tegar. Masya Allah,” ungkap senator yang akrab disapa Ning Lia ini dalam keterangannya, dimuat Sabtu (4/10/2025).

Kisah perjuangan Haikal dan Yusuf benar-benar menyentuh hati. Keduanya ternyata berada dalam posisi terpisah saat tertimbun reruntuhan. Meski demikian, suara mereka sempat bersahutan dalam kegelapan, memberi harapan hidup satu sama lain.

Di tengah rasa haus yang tak tertahankan pada hari pertama tertimbun, kata Ning Lia, Haikal mengaku sempat didatangi sosok anak kecil yang memberinya air minum. “Kakak haus?” tanya sosok itu. Namun sejurus kemudian, sosok tersebut menghilang. Bagi banyak orang, kisah ini diyakini sebagai sebuah mukjizat.

Lebih mengharukan lagi, Haikal tetap mengingat kewajiban salat di tengah reruntuhan. Meski tubuhnya terjepit, ia masih berusaha mengajak Yusuf untuk salat berjamaah. “Ayo salat, ayo salat,” katanya lirih.

Ia bahkan mendengar suara imam, meski tak tahu siapa. Namun, pada hari berikutnya, tak ada lagi sahutan dari Yusuf. Sejak itulah ia menyadari sahabatnya telah tiada.

“Bayangkan, dalam kondisi gelap dan terhimpit, anak saya masih ingat salat. Itu yang membuat saya tak berhenti bersyukur sekaligus menangis,” tutur Dwi Ajeng, ibunda Haikal.

Ning Lia tersentuh dengan deretan peristiwa yang dialami Haikal. Bahkan, Ning Lia berpandangan, kisah Haikal bukan hanya soal bertahan hidup, tetapi juga tentang kecerdasan dan keteguhan iman. Haikal memilih menghemat tenaga dengan tidak banyak bergerak atau berbicara, sesuai pelajaran IPA yang ia pahami: semakin banyak bergerak, semakin cepat energi terkuras.

“Dia benar-benar mengaplikasikan pelajaran sekolahnya untuk bertahan hidup. Itu kecerdasan sekaligus kesabaran luar biasa,” seru putri Ulama Besar KH Maskur Hasyim ini penuh kagum.

Meski masih menjalani perawatan intensif dan berpotensi harus diamputasi, Haikal sudah menyampaikan cita-citanya. Menurut Ning Lia, Haikal ingin melanjutkan sekolah ke SMPN 1 Probolinggo, dekat rumah keluarganya. Ning Lia pun berusaha membantu dengan menyambungkan komunikasi ke pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat.

Lebih jauh, Haikal juga menyimpan mimpi besar menjadi seorang tentara. Bagi Lia, cita-cita itu sejalan dengan ketegaran mental dan kekuatan iman yang sudah dibuktikan Haikal di usia belia.

“Mari kita doakan agar Haikal segera pulih dan kelak benar-benar bisa meraih cita-citanya. Dia sosok patriot sejati, kuat mental, teguh iman, cerdas, dan penuh solidaritas. Insya Allah, dia adalah salah satu penerus bangsa dengan pengabdian tinggi,” pungkas Ning Lia. (Jal)