BERITABUANA.CO, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan perlunya kerja sama erat antara bank sentral, pemerintah, dan dunia usaha untuk mempercepat pertumbuhan kredit serta menghidupkan kembali aktivitas sektor riil. Tanpa sinergi lintas lembaga, Perry mengingatkan, target peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional sulit tercapai.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (22/9/2025), Perry memaparkan tiga langkah besar yang harus segera dijalankan. Pertama, menghentikan praktik special rate deposito dari deposan besar maupun perbankan yang dinilai menghambat penurunan suku bunga kredit.
Kedua, mendorong belanja pemerintah agar konsumsi dan investasi sektor riil meningkat. Ketiga, memperkuat optimisme dunia usaha dan perbankan terhadap prospek ekonomi Indonesia.
“Bagaimana efektivitas kebijakan untuk mendorong sektor riil dan mensejahterakan rakyat? Itu hanya bisa tercapai lewat langkah bersama,” ujar Perry.
Dari sisi kebijakan moneter, BI mengklaim telah melakukan ekspansi besar-besaran. Hingga September 2025, bank sentral menyalurkan likuiditas lebih dari Rp800 triliun melalui penurunan suku bunga acuan, pembelian Surat Berharga Negara (SBN), serta pemberian insentif likuiditas makroprudensial (KLM).
Namun, Perry mengingatkan, transmisi kebijakan BI sangat bergantung pada perbankan. “Kami sudah menurunkan suku bunga dan menambah likuiditas. Harapannya, perbankan ikut menyalurkan ke sektor riil. Kendalanya, praktik special rate membuat biaya dana tinggi sehingga suku bunga kredit tidak kunjung turun,” katanya.
BI menegaskan komitmennya menjaga stabilitas sistem keuangan, tetapi menilai percepatan pertumbuhan ekonomi hanya bisa dicapai jika seluruh pemangku kepentingan mengambil peran aktif. (Ery)