SOLIDARITAS Ojol Senusantara (SOS) dan sejumlah mahasiswa di Jakarta dan daerah-daerah meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri dicopot.
Seruan ini dilakukan mahasiswa dan SOS atas tewasnya Affan Kurniawan, pengemudi ojol yang terlindas mobil rantis Brimob saat demo di DPR, Kamis (28/8/2025) tiga pekan lalu.
Eskalasi demo merubah menjadi kerusuhan massal di Jakarta dan kota-kota besar dan kecil lainnya.
Banyak fasilitas umum di Jakarta seperti halte bis Transjakarta dibakar bersama sejumlah markas polisi seperti Gegana di Jakarta Pusat serta Polres Metro Jakarta Timur.
Bahkan yang paling para pembakaran gedung DPRD Sulsel di Makassar dimana terdapat tiga korban meninggal karyawan kantor tersebut. Puluhan mobil hangus terbakar.
Setelah itu rumah-rumah anggota DPR seperti Ahmad Syahroni, Uya Kuya, Eko Patrio dan Nafa Urbach dijarah massa, termasuk rumah mantan Menteri Sri Mulyani.
Melihat pola demo yang berubah kerusuhan itu, sepertinya aparat keamanan kepolisian dan TNI tak berdaya mengatasinya.
Aparat kepolisian yang menjadi tujuan pelampiasan amarah para pendemo, tampaknya menahan diri. Mungkin ada perintah lebih baik bertahan dan tak boleh bertindak represif karena jika ada “martir” lagi selain Affan pasti kerusuhan akan meluas.
Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri yang sempat menemui mahasiswa di depan markasnya tak juga dapat meredam aksi anarkis pendemo. Gerbang Polda Metro di Jalan Soedirman dirusak dan halte busway dibakar.
Pokoknya polisi sepertinya tiarap hanya bertahan di depan markas-markasnya. Setelah Panglima TNI Jenderal Agus Subianto dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dipanggil Presiden Prabowo di Hambalang, barulah ada perintah tembak di tempat bagi pendemo yang anarkis.
Sepekan setelah demo rusuh, situasi Kamtibmas berangsur-angsur pulih. Apalagi ada patroli bersama Polri dan TNI di jalan-jalan Jakarta termasuk di Bodetabek.
Seruan untuk mencopot Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri oleh Serikat Ojol Senusantara dan mahasiswa memang cukup beralasan, karena sebagai pemimpin Kamtibmas di Jakarta dan sekitarnya Asep tak mampu berbuat banyak. Mantan Menkeu Sri Mulyani kecewa dengan penjarahan di rumahnya di Tangerang Selatan.
Jika melihat rekam jejaknya sebagai perwira tinggi Polri, Asep belum pernah menjabat kapolda di tempat lain termasuk wakapolda. Mantan Kapolresta Cirebon dan Kapolresta Tangerang, ini sebelum diangkat sebagai Kapolda Metro Jaya adalah Wakabareskrim Polri.
Sepertinya Asep, lulusan Akpol 1994 ini belum teruji memimpin kewilayahan, apalagi Jakarta yang menjadi barometer keamanan di Indonesia.
Penunjukkan lrjen Asep Edi Suheri memimpin Polda Metro Jaya, agak menyimpang dari biasanya. Sebelumnya perwira tinggi yang ditunjuk sebagai Metro 1, sudah pernah menjabat kapolda di tempat lain.
Misalnya, mantan Kapolri Tito Karnavian, pernah menjabat Kapolda Papua, juga mantan Kapolri Idham Azis, sebagai Kapolda Sulteng dan bahkan ada yang sudah dua kali menjabat seperti Mochammad Iriawan, sebelumnya menjabat Kapolda NTB dan Jabar baru ditunjuk memimpin Polda Metro Jaya. (nico k)