BERITABUANA.CO, KUPANG – Garis kemiskinan perkapita Provinsi NTT pada bulan Maret sebesar Rp549.607, alami peningkatan 2,93 persen dibandingkan kondisi September 2024.
Demikian disampaikan Kepala BPS Provinsi NTT, Matamira Bangngu Kale saat jumpa pers virtual, Jumat (25/7/2025).
“Komposisi garis kemiskinan ini 75,75 persen bersumber dari komoditas makanan, dan sisanya 24,25% komoditas bukan makanan,” jelas Matamira Kale.
Dikatakan Matamira Kale, garis kemiskinan berdasarkan wilayah perkotaan dan pedesaan, menunjukkan bahwa peningkatan garis kemiskinan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan wilayah pedesaan.
“Perubahan garis kemiskinan September 2024 terhadap Maret 2025 untuk wilayah perkotaan meningkat sebesar 3,30 persen, dari Rp645.346 menjadi Rp666.633,” tambah dia.
Untuk wilayah pedesaan, kata Matamira Kale, perubahannya lebih rendah, yakni sebesar 2,72 persen dari Rp495.180 menjadi Rp508.645.
Lebih lanjut dijelaskan, lima komoditas makanan yang memberi pengaruh besar, terhadap garis kemiskinan secara berurutan adalah komoditas beras 28,7 persen, rokok 7,11 persen, telur ayam 2,96 persen, kopi bubuk dan kopi instan 2,07 persen, serta ikan kembung 2,02 persen.
“Sedangkan lima komoditi makanan yang memberi pengaruh paling besar adalah Perumahan 10,48 persen pendidikan 2,5 persen, bensin 2,7 persen, listrik 1,85 persen dan perlengkapan mandi 1,82 persen,” ujarnya.
Untuk daerah pedesaan, papar Matamira Kale, terlihat komoditas beras 35,88 persen, lebih besar jika dibandingkan dengan di daerah perkotaan.
“Adapun komoditi makanan lainnya masih sama jenisnya dengan perkotaan. Rokok masih memberikan sumbangsih terbesar kedua pada garis kemiskinan di wilayah pedesaan,” pungkasnya. (iir)







