POTENSI perang darat Israel-Iran. Sangat mungkin! Lalu, lihatlah peta di bawah ini! Ada Pakistan, Afghanistan, Irak! Sungguh dekat!
Betapa ‘hiruk’nya Timur Tengah. Seandainya tenggat dua minggu yang diberikan AS. Tidak memenuhi standar Donald Trump!
Entah apa yang dimaksud “dua minggu”. Hanya Trump yang tahu! Berbagai analis memprediksi, AS akan langsung terlibat menyerang Iran. Bila, Israel terdesak, dan Iran tidak menyerah!
Israel, lewat Menteri Pertahanannya, Israel Katz. Berulangkali menyebut ‘diksi’. “Melenyapkan” pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Boleh jadi, Katz sejalan dengan Netanyahu!
Sepertinya AS mencegah! AS menghitung ‘bara api’, yang akan membakar sekutu teluknya! Pangkalan militer AS di: Qatar, UAE, Kuwait, Bahrain, diperkirakan akan membara! Teluk (Gulf) penuh api!
PM Benyamin Netanyahu, dalam nada ‘euphemisme’, mengoreksi statemen Katz, juga diksi dia sebelumnya.
Diksinya menjadi, bila rakyat menghendaki, dan demi membebaskan bangsa Iran dari rezim ‘Mullah’. Itu urusan rakyat Iran. Netanyahu berujar!
AS yang telah berhasil “merayu” dan mengikat negara-negara Arab teluk. Saat ini mempunyai pangkalan udara terbesar di Al Udeid (Qatar). AS juga membentuk Markas Komando-nya di Timur Tengah, dengan nama ‘CENTCOM’.
Seluruh operasi AS di Timur Tengah, terutama yang menganggu para sekutu. Termasuk sekutu Arab Teluknya, akan menggunakan “equipment” dan arsenal CENTCOM.
Saat AS dan Inggris menyerang pelabuhan Houdeidah (Yaman), dan operasi Laut Merah (Red Sea). Semua di bawah komando ‘CENTCOM’. Yang berpusat di Qatar.
Pun, seandainya tenggat dua minggu yang dikatakan Trump terhadap penyelesaian konflik Iran-Israel terlalui. Apa yang akan terjadi? CENTCOM-lah yang akan memerankannya!
Bahrain yang juga negara GCC (Dewan Kerjasama Teluk), tak luput dari AS. Markas armada ke-5 Angkatan Laut AS di Timur Tengah terletak di negara kesultanan ini. Operasi laut yang menyangkut AS serta sekutunya, akan berangkat dari sini.
Selain Qatar dan Bahrain, Kuwait pun menjadi pangkalan militer AS. Negara yang pernah diserbu dan di invasi Saddam Hussein (Irak) ini, memiliki Camp Arifjan. Arifjan merupakan pusat logistik dan komando untuk AS melakukan operasi di Irak dan Suriah.
Negara Teluk lain yang juga terdapat pangkalan militer AS: Uni Arab Emirat (pangkalan udara) dan Arab Saudi (pangkalan udara di beberapa lokasi).
Pangkalan-pangkalan militer ini, memainkan peran penting. Saat operasi-operasi militer AS di Afghanistan. Sebelum AS terusir dari Afghanistan.
AS pergi meninggalkan ibukota Kabul (Afghanistan) dengan tergesa-gesa. Setelah pemerintahan yang “dibinanya”, Ashraf Ghani (2014-2021) gagal membendung laju kemenangan Taliban. AS, pun pergi!
Mengapa AS keras mencegah Israel membunuh Ayatollah Ali Khamenei? Peristiwa ini (bila terjadi), bisa menggoyang sejumlah kesultanan Teluk. Sosok pemimpin agama, sangat dihormati.
Mayoritas penduduk Bahrain adalah Muslim Syiah. Perkiraan jumlahnya mencapai 55-65 persen. Sementara Kuwait, 30 persen penduduknya Muslim Syiah, lalu UAE sekitar 20 persen. Arab Saudi dan Qatar, berjumlah 10-15 persen Syiah.
Irak yang juga masih seperti “api dalam sekam”, tidak bisa dianggap remeh. Seandainya Israel ‘nekad’ membunuh Ayotollah Ali Khamenei.
Jumlah Muslim Syiah Irak mencapai 55-60 persen. Menjadi “sumbu menyala” yang sulit dipadamkan. Untuk menyerang pangkalan AS yang ada di negara-negara Teluk (GCC).
Kita belum berbicara Pakistan dan Afghanistan. Perbatasan darat yang dekat antara Iran: Afghanistan-Pakistan. Akan mendatangkan para militan dan fundamentalis Islam garis keras, membela Iran.
Sekat aliran Sunny-Syiah, tidak akan mampu mencegah mereka membela Iran. Terlebih Afghanistan dan Pakistan, acap di-stempel oleh Barat (AS), sebagai negara “gudangnya” ‘isme’ teroris.
Jarak Teheran ke Tel Aviv, hanya 1.580 kilometer! Perang darat, militan dengan mental baja, akan menyulitkan AS-Israel, juga negara-negara GCC (Teluk) yang keamanannya sangat bergantung pada AS.
Logis, bila Trump mencegah Netanyahu dan Katz membunuh Khamenei.
Apa yang akan terjadi dua minggu lagi? Pertemuan Menlu Iran Seyed Abbas Araghchi dengan Menlu Inggris-Perancis-Jerman di Jenewa hari ini (20/6). Itu adalah sebentuk kecemasan sekutu AS.
Sehingga Inggris, Perancis, Jerman sebagai sekutu utama AS-Israel, mengejar “deadline”. Mereka berpacu dengan waktu!
Mari kita membuat Kalkulasi!
*Sabpri Piliang* – (Wartawan Senior/Anggota Dewan Redaksi www.beritabuana.co)