Jempol! Buat PHEWMO SKK Migas yang Sukses Buka Lahan Pertanian di Lahan Tandus Bangkalan

by
Lahan pertanian binaan PHEWMO SKK Migas di Bangkalan, Mandura. (Foto: Kds)

BERITABUANA.CO, BANGKALAN – Menyalurkan dana Pengabdian Pada Masyarakat (PPM), yang dilakukan Pertamina Hulu Energi West Mudura Offshore (PHEWMO) SKK Migas, untuk membuat lahan pertanian di Dusun Sangka, Desa Bandang Dajah, Kecamatan Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, adalah tindakan yang berani. Pasalnya, fakta sudah bicara bahwa di Madura ini adalah wilayah garam, dan lahan juga tandus.

Kenyataan itu mutlak ditepis. Ibu Ulil dari Humas PHEWMO menyatakan, itu sangat tidak benar, karena hasil laporan masyarakat sekitar di daerah itu ada air baiknya yang cocok untuk tanaman pertanian. Terbukti, setelah dilakukan penelitian dan dilakukan pengeboran, air baik untuk tanaman, ada.

“Kami ngebor sumur sedalam 60 meter. Bisa dan ada. Nah, air cadangan itu mencapai 55 juta kubik. Sangat-sangat cukup untuk membuat irigasi untuk mengairi tanam-tanaman,” jelas Ulil dalam pertemuan bersama petugas dari Kemendes.

Ulil pun dengan pasti menyatakan memberikan dana PPM untuk ladang pertanian, karena hasil dari ladang tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Dan itu sudah berjalan dari Tahun 2020, dipotong Covid-19, vakum, dan dilanjutkan sampai sekarang.

“Hasilnya, silahkan ditanyakan langsung kepada ketua kelompoknya,” kata Ulil sambil menunjuk ke arah Ahmad Mardawi, sebagai Ketua Kelompok Bumi Sentosa Dusun Sangka, Desa Bandang Gajah, Bangkalan, Madura.

Mardawi pun memaparkan sangat-sangat cukup. Cadangan air yang kita miliki sebanyak 55 juta kubik, digunakan secara efisien mungkin untuk menyirami berbagai tanaman yang benar-benar dibutuhkan masyarakat sekitar.

Tanaman yang menjadi konsen kelompoknya, seperti Timun, Tomat, Semangka, Melon, Jeruk, Kacang Panjang, sawi, blehwa dan lainnya, akan mendapatkan air sesuai kebutuhannya.

“Jadi kita tidak boros-boros menggunakan air, semua sudah ada ukurannya. Ini saya lakukan sesuai pelatihan yang saya dapat selama sebulanan lah,” ujar Mardawi.

Mardawi menambahkan, dirinya pun bukan orang lama atau pertama menangani lahan ini. Sebelum sudah ada yang menangani. Ia masih berpindah ke luar kota. Karena berpikir di tempat ini sudah tidak ada yang diharapkan.

“Saya mengetahui PHEWMO masuk dan cukup menjanjikan saya pun balik dan memutuskan untuk bergabung sampai akhirnya di percaya menggantikan orang yang sebelumnya, setelah sebelumnya mengikuti pendidikan. Dan yang saya gantikan ke luar, karena memiliki lahan sendiri,” jelas Mardawi.

Tiga tahun melakukan pengelolaan bersama 28 orang rekannya, Marwadi mengaku, tanamannya sudah sangat menghasilkan. Semua yang ditanamnya tumbuh.

Menurutnya, ada yang membeli secara langsung dan melalui pasar-pasar sudah yang disebarnya. “Alhamdulillah, dalam setiap kali panen kita bisa mendapatkan Rp 55 juta – Rp 60 juta. Panen berbeda-beda, ada yang satu bulan dan paling banyak yang dua bulan,” jelasnya senang.

Marwadi melanjutkan, ia sudah bisa memberikan upah kepada anak buahnya dari hasil bertani buah bimbingan PHEWMO ini. Namun begitu ia masih sangat berharap adanya perluasan lahan, dan tanaman-tanaman baru untuk diolahnya. (Kds)