BERITABUANA.CO, JAKARTA – Lebaran selalu menjadi momen istimewa bagi masyarakat Indonesia, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Namun, perayaan Idul Fitri 2025 diprediksi akan mengalami penurunan jumlah pemudik dan perputaran uang dibandingkan tahun sebelumnya.
Demikian prediksi yang dikemukakan Sekretaris Jenderal DPP Partai Keadilan Sejahtera (Sekjen PKS), Aboe Bakar Al Habsyi melalui keterangan tertulisnya, Rabu (2/4/2025), menyoroti trandisi lebaran tahun ini.
Diungkapkan pria yang akrab disapa Habib itu, data menunjukkan bahwa jumlah pemudik tahun ini diperkirakan turun menjadi 146,48 juta orang dari 193,6 juta orang pada tahun lalu. Hal ini berdampak langsung pada perekonomian daerah tujuan mudik yang biasanya mengalami lonjakan konsumsi selama musim Lebaran.
“Selain itu, perputaran uang selama Idul Fitri 2025 juga diprediksi mengalami penurunan dari Rp157,3 triliun pada tahun 2024 menjadi Rp137,975 triliun tahun ini,” sebut dia lagi
Dampak Terhadap Ekonomi
Habib Aboe juga mengatakan kalau mudik bukan hanya tradisi, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi, dimana saat masyarakat pulang ke kampung halaman, mereka membawa serta dana untuk dibelanjakan di daerah asal. Sektor transportasi, pariwisata, kuliner, dan perdagangan lokal biasanya mengalami peningkatan signifikan saat Lebaran tiba.
“Namun, dengan menurunnya jumlah pemudik dan daya beli masyarakat, sektor-sektor ini, diperkirakan tidak akan mendapatkan lonjakan ekonomi sebesar tahun lalu,” ujarnya.
Selain itu, masih menurut Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) RI itu, kebijakan perusahaan yang lebih selektif dalam memberikan tunjangan hari raya (THR) turut berkontribusi pada perlambatan ekonomi.
“Masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang mereka, sehingga konsumsi selama Lebaran tidak seagresif tahun-tahun sebelumnya,” kata Habib Aboe.
Optimisme di Tengah Perlambatan Ekonomi
Meski tantangan ekonomi menghadang, Habib Aboe mengingatkan agar semangat Lebaran tetap harus dijaga. Bulan Syawal yang berarti ‘peningkatan’, diharapkan dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas diri dan kreativitas dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga semangat di tengah kondisi ekonomi yang menantang antara lain, bijak dalam pengelolaan keuangan, mengurangi konsumsi berlebihan dan memanfaatkan rezeki dengan lebih efisien.
Selain itu, lanjut Habib Aboe, mempererat silaturahmi tanpa pemborosan. Karena, kebersamaan tidak selalu harus mahal, tetapi lebih kepada makna dan nilai dari pertemuan.
Meningkatkan produktivitas dan kreativitas, juga bagian dari meningkatkan kualitas diri. Seperti, memanfaatkan momentum ini untuk mencari peluang usaha baru atau meningkatkan keterampilan.
Terakhir, kata Anggota DPR RI dari Dapil Kalimantan Selatan (Kalsel) I itu, mempertahankan kebiasaan baik dari selama Ramadan, dapat diteruskan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, Lebaran tidak hanya berdampak pada ekonomi, tetapi juga membawa nilai moral dan spiritual yang dalam.
“Meskipun angka-angka statistik menunjukkan penurunan, diharapkan semangat dan optimisme masyarakat tetap tinggi dalam menjalani kehidupan setelah Ramadan,” demikian Habib Aboe. ***