BERITABUANA.CO, JAKARTA— Aktivis pro demokrasi Jakobus Kamarlo Mayong Padang atau yang akrab di sapa Kobu mengaku tercengang mengetahui sikap Joko Widodo (Jokowi) yang tidak pernah merespons Aksi Kamisan saat menjabat Presiden RI. Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) , yang menggerakkan Aksi Kamisan itu telah mengirim 476 surat.
“Namun tragis, tidak pernah ada jawaban ,” kata Kobu dalam suratnya yang diterima beritabuana.co di Jakarta , Jumat (25/10/2024).
Kobu bercerita, Maria Katarina Sumarsih yang menghubunginya melalui WA kemarin pagi memberitahu bahwa surat-surat yang dikirim ke Jokowi tak pernah mendapat balasan apa pun.
Sumarsih adalah sosok perempuan yang menggerakkan Aksi Kamisan sejak 18 Januari 2007 di seberang Istana Merdeka. Tujuannya dengan aksi kamisan itu mencari keadilan dari tragedi Semanggi tahun 1998 silam. Tragedi tersebut telah menewaskan putra sulungnya, seorang mahasiswa Universitas Atma Jaya bernama Norman Irawan atau Wawan yang diterjang peluru aparat .
Menurut Kobu, tidak mungkin Jokowi tidak mengetahui bahwa setiap hari Kamis sore, orang tua dan keluarga korban peristiwa tragedi Semanggi 1998 berdiri di seberang istana. Mereka tidak perduli panas atau hujan, kabut atau terik , dari pukul 15.00 sampai pukul 17.00 Wib , mereka berbanjar dengan hitam .
“Aksi Kamisan, kegiatan rutin yang sudah berlangsung selama 17 tahun tanpa pernah jedah itu, mereka lakukan untuk menagih keadilan atas anak dan keluarga mereka yang menjadi korban pelanggaran HAM selama beberapa tahun,” kata Kobu yang pernah menjadi anggota DPR RI dari PDI P .
Memang kata Kobu, terhadap masalah tersebut, negara sudah menyiapkan UU No 26 tahun 2006 tentang Pengadilan HAM. Karena itu, bagi Ibu Sumarsih dan JSKK yang menjadi pelopor Aksi Kamisan, kata Kobu tidak penting ada Kementerian HAM.
“Yang harus dilakukan, laksanakan perintah UU,yah adili pelakunya” ujar Kobu mengutip ucapan Sumarsih. Hanya itu permintaan mereka .
Itulah permintaan mereka yang memulai Aksi Kamisan sejak 18 Januari 2007, 17 tahun silam dan hari ini Kamis 24 Oktober 2024 adalah yang ke 837 kalinya.
Hari Kamis sore kemarin, JSKK kembali mengadakan Aksi Kamisan yang ke 837 kalinya. Kobu pun mengaku ikut hadir berpartisipasi di acara tersebut.
Mereka berdiri di seberang istana negara sambil diisi orasi oleh beberapa orang aktivis termasuk dosen.
“Sudah ada 476 surat dan 837 kali aksi, tetapi tak sekalipun Jokowi merespon,” kata Kobu yang pernah mengagumi gaya kepemimpinan Presiden Jokowi.
Padahal, pada tanggal 20 Oktober 2014 saat pertama kali menjabat Presiden RI Jokowi bersumpah; akan menjalankan segala undang-undang dan peraturan-peraturan dengan selurus-lurusnya.
Sementara, sambung Kobu, Jokowi sudah meninggalkan Istana Kepresidenan sejak 4 hari lalu karena telah selesai masa jabatannya. Dan Kamis kemarin, Sumarsih bersama JSKK masih berdiri tegak untuk ke 837 kalinya di depan istana menanti keadilan.
“Bersurat dan berdiri setiap Kamis untuk mengingatkan Jokowi tentang sumpahnya dan ternyata ia tak sekalipun merespon. Seorang presiden bisa abai sumpahnya, tak merespon sekalipun dari 476 surat dan membiarkan para orang tua dan keluarga korban berdiri sampai ratusan kali tanpa perduli,” kata Kobu dalam nada prihatin. (Asim)