Satu ZOM Diperkirakan akan Mengawali Musim Hujan pada Oktober 2024

by
Jumpa pers terkait iklim oleh instansi terkait. (Foto: iir)

BERITABUANA.CO, KUPANG – Dari total 28 Zona Musim (zom) ini di NTT, ada satu ZOM yang diperkirakan mengawali musim hujan di bulan Oktober 2024, sekitar Dasarian tiga kurang lebih 3 persen. Meliputi Manggarai Barat bagian timur, Manggaai bagian tengah dan Manggarai Tmur bagian tengah.

“Sedangkan untuk 19 ZOM atau 68 persen itu, awal musim hujannya pada November 2024, sedangkan 8 zoom atau 29 persen terjadi pada bulan Desember 2024,” tegas Kepala Badan Meteorologi, Klmatologi dan Geofisika (BMKG) NTT, Rahmatulloh Adji saat jumpa pers di Kantor Gubernur NTT, Jumat (27/9/2024).

Jika dibandingkan terhadap data klimatologis, kata Adji, yaitu periode awal musim hujan 1921-2020, maka awal musim hujan 2024/2025 diperkirakan lebih cepat dari normalnya, yaitu ada 19 ZOM atau 39 persen.

“Sementara yang diprediksi sama dengan normalnya, sekitar 12 ZOM atau 43 persen, sedangkan yang mundur hanya 5 ZOM atau 18 persen,” tambah Adji.

Lebih lanjut dikatakan, sifat hujannya jika dibandingkan dengan klimatologisnya dari akumulasi curah hujan musim hujan periode 1921 -2020, secara umum kondisi musim hujan di 2025 diatas normal, atau musim hujan yang ebih basah dari biasanya.

“Ini terjadi pada 22 ZOM atau 79 persen, sedangkan sisanya 6 ZOM atau 21 persen itu menglami kondisi yang normal,” jelas Adji.

Sedangkan untuk puncak musim penghujan 2024/2025 di wilayah NTT, tambah Adji, kemungkinan terjai di bulan Januari 2025, sebanyak 16 zoom selebihnya sekitar bulan Februari 2025.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Kepala Pertanian dan Ketahanan Pangan NTT, Joaz B. Oemboe Wanda menegaskan, melihat fenomena iklim saat ini, dimana sebelumnya El Nino cukup panjang, berdampak pada perubahan iklim, yang berpengaruh terhadap kegiatan usaha pertanian.

“Kondisi alam berpengaruh pada produksi dan produktivitas, dengan musim panas kemarin berpengaruh terhadap luas panen dan pada produktivitas,” papar Joaz Wanda.

Untuk itu, Joaz Wanda berharap, dengan air yang terbatas, petani harus bisa menyiasati air tersedia, dengan memanfaatkan air itu untuk menanam tanaman yang bisa ditanam.

“Disamping itu memanfaatkan tehnologi dan informasi yang disampaikan, dan tindakan antisipatif,” ungkap dia.
Diakui Joaz Wanda, informasi yang disampaikan BMKG sangat berharga, sehingga bisa disampaikan kepada para petani, agar memudahkan mengantisipasi.

“Hal lainnya, melakukan edukasi kepada petani, mempersiapkan secara dini kondisi yang ada baik El Nino maupun La Nina kedepan . Tidak kalah pentingnya, mencoba dengan tim penyuluh di lapangan, untuk bekerjasama mempersiapkan,” tandas dia.

Sedangkan, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Cornelis Wadu mengakui, pihaknya telah mengusulkan kepada BNPB untuk diberikan bantuan, dalam menangani kekeringan di musim kemarau.

“Kita berhasil difasilitasi sumur bor, dimana setiap kabupaten memiliki 3 titik, minua Kota Kupang, sehingga 20 titik sudah berproses dan sedang berjalan, yang pendanaannya antara Rp 400 juta – Rp 700 juta,” pungkas dia. (iir)