Denny JA Sebut Pilpres Jadi Laboratorium Ilmu Politik

by
Pendiri LSI Denny JA. (Foto: Istimewa)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengamat politik yang juga pendiri Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA mengatakan, pemilu presiden (Pilpres) saat ini bukan hanya soal politik praktis, tapi telah menjadi labolatorium ilmu politik.

“Pilpres kini menjadi sebuah labolatorium ilmu politik, khususnya marketing politik,” kata Denny dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Sabtu (12/8/2023).

Menurut Denny, kampanye resmi pemilu presiden memang belum dimulai.  Tapi berbagai sisi  pertarungan sejumlah calon presiden (capres), sudah menjadi bahan kelas di program Mini MBA Marketing Politik, yang merupakan kerjasama antara LSI Denny JA, SBM ITB dan Kuncie.

Selaku mentor atau dosen, Denny JA mengaku diundang untuk rapat evaluasi angkatan kedua program Mini MBA Marketing Politik. Menurut penilain dia, pilpres itu mikro kosmos, contoh mini beroperasinya perilaku  politik elit dan psikologi pemilih.

“Praktek politik itu bahan kajian yang paling baru untuk dirumuskan atau mengoreksi ilmu politik konvensional,” katanya seraya mengutip pilpres di Amerika Serikat (AS) antara Joe Biden versus Donald Trump di tahun 2020, dimana pilpres itu telah dicatat sebagai salah satu yang paling memecah belah dalam sejarah Amerika Serikat.

Pilpres di AS itu, lanjut Denny, juga menjadi topik diskusi utama di universitas-universitas di seluruh negeri AS, dan bahkan sering dieksplorasi sebagai studi kasus.

“Di beberapa kelas, fokusnya pada faktor strategis dan politik yang berkontribusi pada kemenangan Biden. Misalnya, ada yang membahas bagaimana kampanye Biden berhasil menarik pemilih pinggiran kota  dan orang Afrika-Amerika. Atau bagaimana penanganan Trump terhadap pandemi covid-19 merusak peluangnya untuk terpilih kembali. Ini menjadi perhatian,” papar dia lagi.

Di kelas lain, masih menurut Denny, fokusnya pada kekuatan sosial dan budaya mendasar yang membentuk pemilu. Misalnya, ada profesor membahas peran ras, gender, dan ketimpangan ekonomi dalam pemilu.

“Atau bagaimana kebangkitan media sosial memengaruhi cara pemilih mengonsumsi informasi. Itu juga kerap dibahas,” ucapnya.

Bahkan di beberapa kelas, fokusnya tertuju pada aspek negatif pemilu. Bersama dengan derasnya informasi online, marak pula ujaran kebencian dan misinformasi, demikian Denny JA. (Asim)