Samade: Keberadaan BPDPKS Sangat Strategis Dalam Menangkal Dampak Resesi

by
Talkshow Wakil Rakyat Bicara Sawit yang tayang di CNBC Indonesia, Selasa, 4 April 2023. (Foto: Ist)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Badan Pengelola Dan Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memiliki peran strategis dalam memperkuat Indonesia menghadapi ancaman dampak resesi melalui program perkelapasawitan.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Asosiasi Sawitku Masa Depanku (Samade) Abdul Aziz dalam talkshow Wakil Rakyat Bicara Sawit yang tayang di CNBC Indonesia, Selasa, 4 April 2023.

Dia menjelaskan pelemahan ekonomi sejak pandemi Covid-19 yang diperburuk dengan perang Rusia-Ukraini sehingga ekonomi mengalami kontraksi, tidak terkecuali Indonesia yang juga mengalami pelemahan ekonomi.

Masalah ekonomi yang melemah dan ancaman resesi juga menjadi perhatian global dan dibahas dalam pertemuan kepala negara G-20 di Bali. “Kalau tidak diantisipasi oleh negara Indonesia, bisa berpotensi semakin parah,” katanya.

Dia menjelaskan Indonesia harus bersyukur karena dianugerahi berupa tanaman kelapa sawit yang selama ini mampu menopang perekonomian Indonesia, dan termasuk sektor yang tahan banting selama pandemi.

“Keberadaan Kelapa sawit ini sangat penting dan terbukti telah menjadi tumpuan lebih dari 17 juta keluarga, baik langsung maupun tidak langsung. Kalau dikalikan istri dan anaknya, jumlahnya semakin besar,” katanya.

Di sisi lain, data terbaru dari Gapki, transaksi dari sektor sawit mencapai lebih dari Rp500 triliun per tahun. Ini angka yang besar. Belum lagi sawit memberikan kontribusi dvisa yang besar kepada negara yang mencapai hampir Rp600 triliun pada 2022 dan mampu menghemat devisa dari impor hampir mencapai Rp300 triliun. Kalau ini dipertahankan dan dikelola lebih bagus lagi, akan menjadi sesuatu yang mampu menopang perekonomian negara.

Dia melihat perang strategis BPDPKS yang lahir pada tujuh tahun lalu sebagai BLU dan dihadirkan untuk berada di industri sawit. Menurut dia, jalau BPDPKS tidak ada, anak-anak petani tidak akan bisa mendapatkan beasiswa yang saat ini jumlahya lebih dari 4.000 orang dan 11.000 petani sawit di latih dari berbagai aspek industri sawit.

Kemidian kalau tidak ada BPDPKS, petani tidak bisa menikmati PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) yang awalnya Rp25 juta, skrg sudah meningkat menjadi Rp30 juta dan ke depan akan meningkat lagi.

“DI tambah lagi dengan program bio diesel yang sampai skrg sudah mencapai angka B-35. Kehadiran BPDPKS telah membantu negara untuk menyelesaikan persoalan beban yang ada dan BPDPKS dengan mengambil lini sawit. (Kds)