Pinjol dan Judi Online Jerat Pelajar: Saatnya Orang Tua Jadi Benteng Terakhir di Rumah

by
Asep Dahlan, pendiri Dahlan Consultant. (Foto: Istimewa)

Oleh: Asep Dahlan (Konsultan keuangan, juga pendiri Dahlan Consultant dan Edukator Literasi Finansial)

KASUS seorang pelajar SMA di Kulonprogo yang terjerat utang pinjaman online (pinjol) ilegal untuk bermain judi daring menjadi peringatan keras bagi kita semua. Di balik wajah polos anak sekolah, tersembunyi tekanan sosial, godaan gaya hidup digital, dan lemahnya pengawasan keluarga. Anak-anak kita kini hidup dalam dunia yang menawarkan segalanya dengan cepa, termasuk uang dan kesenangan instan.

Sebagai konsultan keuangan, saya memandang fenomena ini sebagai gejala krisis literasi finansial dan moral yang berakar dari rumah. Anak tidak lahir konsumtif atau gemar berjudi. Mereka belajar dari lingkungan yang membentuknya, dari iklan di layar ponsel, dan dari diamnya orang tua yang abai terhadap percakapan paling penting dalam keluarga: tentang uang, nilai, dan tanggung jawab.

Komunikasi Soal Uang: Bukan Hal Tabu

Banyak anak tergoda pinjol karena satu hal sederhana: takut bicara dengan orang tua tentang uang. Mereka butuh pulsa, ingin membeli perlengkapan sekolah, atau sekadar mengikuti tren teman sebaya. Tapi ketika komunikasi keluarga kaku dan penuh penghakiman, aplikasi pinjol tampak lebih “ramah” daripada ayah dan ibu sendiri.

Sebagai orang tua, kita perlu membuka ruang aman bagi anak untuk bercerita tentang kebutuhannya—tanpa takut dimarahi. Percakapan sederhana seperti, “Kamu butuh apa minggu ini?” atau “Kalau belum punya uang, ayo kita rencanakan dulu,” bisa menjadi vaksin ampuh melawan jerat pinjol dan judi daring.

Literasi Keuangan: Pelajaran Hidup yang Wajib

Literasi keuangan bukan mata pelajaran tambahan, tetapi keterampilan bertahan hidup di abad digital. Anak harus tahu arti bunga, risiko utang, dan bahaya transaksi impulsif.

Orang tua bisa memulai dengan hal sederhana: memberi uang saku dengan tanggung jawab, mengajak anak menabung, hingga mendiskusikan perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Anak perlu tahu bahwa uang digital pun nyata dampaknya. Sekali klik bisa menimbulkan beban yang panjang.

Judi Online: Ilusi Kaya yang Menjerat

Jika pinjol adalah pintu, maka judi online adalah jebakan di dalamnya.
Banyak pelajar meminjam uang karena yakin bisa “menggandakan” uang lewat permainan daring. Padahal, tak ada yang menang melawan sistem judi. Yang menang hanya platform, sementara pemain kehilangan uang, waktu, dan masa depan.

Lebih parah lagi, judi online kini bersembunyi dalam permainan, media sosial, bahkan aplikasi edukasi. Anak-anak tidak selalu sadar bahwa yang mereka mainkan adalah bentuk perjudian terselubung. Maka, pengawasan orang tua harus lebih cerdas dari teknologi yang mereka hadapi.

Mengajarkan Nilai Cukup dan Disiplin Finansial

Di balik jeratan pinjol dan judi daring ada satu akar masalah yang sama: rasa tidak pernah cukup.
Kita hidup di zaman ketika ukuran kebahagiaan diukur dari apa yang dimiliki, bukan siapa diri kita.
Orang tua harus menanamkan nilai kesederhanaan bahwa hidup tidak harus selalu mengikuti tren, dan keinginan tidak harus selalu dipenuhi.

Anak yang diajarkan mengendalikan diri akan tumbuh lebih kuat menghadapi godaan finansial. Sebaliknya, anak yang terbiasa memuaskan keinginan tanpa batas akan mudah terperangkap oleh janji palsu aplikasi keuangan dan permainan daring.

Orang Tua Sebagai Teladan dan Pengawas

Tidak ada edukasi finansial yang lebih kuat daripada keteladanan.
Anak belajar bukan dari ceramah, tapi dari apa yang dilihat setiap hari. Jika orang tua gemar berutang konsumtif, berjudi kecil-kecilan, atau impulsif dalam berbelanja, anak akan meniru pola itu secara alami.

Sebaliknya, ketika orang tua hidup disiplin, hemat, dan terbuka soal keuangan, anak akan belajar tanggung jawab tanpa perlu banyak kata. Jadilah “contoh hidup” literasi keuangan di rumah.

Penutup: Benteng Terakhir Bernama Keluarga

Kasus di Kulonprogo hanyalah satu dari banyak kisah pilu yang lahir dari kombinasi berbahaya antara ketidaktahuan finansial, tekanan sosial, dan akses digital tanpa batas.
Pemerintah bisa menutup situs judi, OJK bisa memberantas pinjol ilegal, tapi benteng terakhir tetaplah keluarga.

Mari jadikan rumah sebagai sekolah pertama tentang uang dan tanggung jawab. Ajari anak mengenal nilai kerja keras, bukan jalan pintas. Karena pada akhirnya, perlindungan terbaik bukan aplikasi pelacak atau regulasi, melainkan pelukan dan bimbingan orang tua yang hadir. ***