BERITABUANA.CO, MENIA – Rencana membangun 1000 Ha tambak garam di Kabupaten Sabu Raijua (SaRai), tidak memerlukan uang dari pemerintah, cukup dari pengusaha saja.
“Ini kabar baik untuk masa depan daerah kita. Dua investor yakni PT Mataga Raihawu Industri (NRI) dan PT. Blue Ocean Salt (BOS), siap untuk wujudkan rencana 1000 Ha itu,” tegas Pengarah dan penasehat PT. Nataga Raihawu Industri yang juga bupati pertama SaRai, Marten Dira Tome di Menia, Senin (26/8/2024).
Tugas masyarakat, jelas Madito sapaan akrabnya, hanya menyiapkan lahannya, yang penting jangan membuat onar agar orang percaya bahwa di SaRai aman untuk investasi.
“Jokowi bilang begini, tolong jaga kondisi yang kondusif untuk orang berivestasi. Kalau orang datang menanamkan uangnya disini, jangan ribut-ribut, supaya investor tidak pergi,” ujar Madito meniru ucapan Presiden Jokowi.
Secara rinci, Madito menjelaskan, jika rencana tambak garam1000 Ha itu terwujud, tentu akan membutuhkan tenaga kerja sekitar 10 ribu orang, yang direkrut dari masyarakat SaRai.
“Kami sudah mulai ukur tanah, dan yang sudah berproduksi sekitar 43 Ha, tersebar di beberapa lokasi,” jelas Madito.
Lokasi-lokasi tersebut, tambah Madito, diantaranya di Kolouju Desa Menia, Pururede Desa Raedera, Ledeana di Desa Ledeana, Wadumaddi Desa Wadumaddidan tambak Halapaji di desa Hallapaki.
Menurut Madito, jika 1000 Ha berhasil dibangun, dalam satu bulan bisa panen empat kali atau setiap tujuh hari. Sekali panen mencapai 15 ton, berapa puluh ton dalam satu bulan.
“Kita ambil paling kecil saja 45 ton sebulan, kalau ada 1000 ha kali 45 ton dengan delapan kali panen, maka satu tahun garam itu ada 360 ribu ton,” aku dia.
Kalau 1 ton butuh karung 20 lembar, lanjut Madito, maka 360 ribu dikalikan 20 lembat menjadi 7,2 juta karung. Kalau 7,2 juta dikalikan Rp 5.000/karung, maka uang ini ada Rp36 Miliar.
“Selama ini kita kirim Rp36 miliar ke Pulau Jawa, untuk membeli karung,” ungkap Madito.
Untuk itu, tambah dia, SaRai harus bangun pabrik karung agar uangnya tidak dikirim ke Pulau Jawa, Uang itu akan berputar di daerah ini, yang akhirnya bisa buka lapangan kerja baru lagi disini.
“Tidak hanya kerja di pabrik saja, tapi olah biji plastik dari gelas dan botol air kemasan, untuk jadi karung plastik,” kata Madito.
Ini bukan main-main, papar Madito, ini hal yang benar-benar seperti yang dikatakan Paket Solid bahwa akan ada Bumi Baru dan Langit Baru di SaRai. Dimana-mana ada industri, dan akan ada uang.
“Ini yang saya bilang kabar baik untuk kita semua, jangan pernah berfikir saya tidak pernah disini, sehingga masyarakat tidak ada dalam pikiran saya. Masyarakat selalu ada di pikiran dan hati saya,” ujar Madito.
Dapat dibayangkan, kata Madito, saat dirinya masih menjabat sebagai Bupati SaRai, dalam posisi daerah sangat sulit saat itu, tapi SaRai bisa memiliki pasar terbesar yang hanya ada sembilan di Indonesia, yakn Pasar Nataga. Dan untuk membangunnya bukan ambil uang dari daerah, tapi mencari uang dari luar.
“Kalau saat itu orang mau permasalahkan itu tanah, saya bilang jangan biar saya yang urus, sampai saya bawa ke kantor, hingga pasar ini jadi. Pasar ini bukan dari uang daerah,” papar Madito.
Diakui Madito, saat itu ada 75 kepala daerah presentasi di depan menteri, yang berasal dari NTT selain dirnya, juga ada dari Belu, TTU dan Flores. Semua gugur-gugur setelah melewati tiga kali tes. Dan dari 75 Kepala Daerah tinggal 25 sampai tersisa sembilan orang, termasuk didalamnya Kabupaten SaRai.
“Orang SaRai tidak boleh jadi kerdil di depan orang lain, kita harus jago,” tegas Madito. (iir)