TB Hasanuddin: Siapa pun Calon Panglima TNI Mendatang, Harus Mampu Selesaikan Empat Permasalahan ini

by
Anggota Komisi I DPR dari F-PDIP, TB Hasanuddin (tengah) bersama Syaifullah Tamliha (F-PPP) dan Pengamat Militer ISESS, Khairul Fahmi. dalam DIalaktika Demokrasi bertema "Tantangan Besar Panglima TNI Baru". (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan (F-PDIP), Dr. H. TB Hasanuddin, S.E., M.M., mengatakan, siapa pun figur calon Panglima TNI ke depan pengganti Marskal Hadi Tjahjanto, harus memiliki kemampuan menyelesaikan empat permasalahan dalam tubuh TNI. Pertama, harus mampu melanjutkan pembangunan TNI minimum essential force atau kekuatan minimum, di mana ini adalah tahap ketiga atau tahap terakhir tahun 2024.

“Tapi (TNI) baru tercapai sekian puluh persen, dulu 100 persen, mungkin prediksi saya 60%. Jadi, kalau misalnya bisa sisa tahun ini sampai 2024 itu nambah 20%, Insyaallah 80% minimum essential force, itu yang pertama,” kata TB Hasanuddin saat menjasi narasumber Dialektika Demokrasi dengan tema “Tantangan Besar Panglima TNI Baru” di Media Center Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (16/9/2021).

Persoalan essensial force ini, menurut TB Hasanuddin, tentunya harus diselesaikan oleh Panglima yang baru nanti. Karena siapa pun yan terpilih dan tentu minimum essential force itu bisa saja berubah situasinya dalam arti, perlu ada penguatan-penguatan berdasarkan ancaman di lingkungan, baik geopolitik maupun geo strategi.

Kedua, lanjut politisi PDIP ini, adalah melanjutkan dan menjaga serta meningkatkan profesionalisme prajurit, berdasarkan frekuensi pelatihan dan pendidikan, dari profesionalisme yang sekarang sudah dimiliki TNI.

“Harus naikin lagi, karena kita tidak bisa lagi para prajurit TNI itu memiliki kemampuan yang asal-asalan. Sudah dilengkapi dengan senjata yang bagus, ya tingkatkan profesionalismenya, dalam latihan secara secara bertahap dan berlanjut, mulai dari latihan perorangan, tingkat regu, ditingkat peleton dan latihan tingkat Brigade. Termasuk latihan tingkat divisi dan latihan operasi gabungan antara laut, udara dan darat, itu harus diasah oleh Panglima TNI barum dalam rangka kesiapan menghadapi setiap ancaman kedepan. Ttu yang kedua,” sebutnya.

Ketiga, ini yang perlu mendapatkan juga perhatian Panglima TNI baru, yakni disiplin, Sebab, dalam catatan dia prajurit dalam 2 tahun, 3 tahun terakhir ini ratusan yang desertir (melarikan diri) dari satuannya. Kalau disertir nya sampai ratusan, itu sama aja dengan kompi, batalyon dan sebagainya.

“Itu harus menjadi fokus bahasan, ya itu yang pertama dan kebanyakan di prajurit-prajurit angkatan darat. Kemudian juga perkelahian baik antar angkatan, maupun juga antara TNI dengan Polisi yang banyak kasus lah di mana-mana. Terakhir itu kalau tidak salah, penyerangan markas Kepolisian Polsek di Ciracas, yang kemudian melibatkan banyak prajurit dan lain sebagainya,” beber dia.

“Belum lagi, prajurit TNI yang terlibat dalam narkoba, bahkan sampai kegiatan kejahatan lain, seperti perkosaan, kemudian Pedofil. Ini tidak boleh terjadi prajurit, itu yang ketiga,” kata dia menambahkan.

Keempat, bagaimanapun juga the man behind the gun. Karena prajurit lah yang diutamakan di belakang senjata. Karena, senjata seperti apapun modernya, dengan hi-tech dan teknologi tinggi, tapi jika prajuritnya tidak mendapatkan perhatian, akan sia-sia.

“Kalau ini Panglima ke depan itu bisa melaksanakan, maka insya Allah akan ada nanti kita menghasilkan prajurit yang benar-benar profesional dan sesuai dengan undang-undang prajurit nasional yang tidak berpolitik,” pungkasnya. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.