Buku: Belajar Jadi Wartawan Hebat Dari Panda Nababan

by
Buku karya Panda Nababan ‘Lahir Sebagai Petarung’.

BUKU otobiografi Pandapotan Maruli Asi  Nababan, atau lebih dikenal Panda Nababan mengungkapkan kisah perjalanan hidupnya sejak masih berusia muda hingga berusia 70 tahun. Tak heran, buku Panda Nababan ini paling tebal dari buku otobiografi yang ada, sampai 1051 halaman. Sehingga untuk kenyamanan membaca, buku ini dibuat dalam dua buku. Judul utamanya Lahir Sebagai Petarung. Kalau buku satu diberi judul Menunggang Gelombang maka buku dua dengan judul Dalam Pusaran Kekuasaan.

Meski begitu, buku ini tetap menarik dan patut dibaca oleh siapa saja, terlebih para wartawan zaman now, bisa menginspirasi untuk berkarya menjadi wartawan yang berkualitas dan profesional. Secara tidak langsung, Panda lewat buku biografinya memberi pelajaran bagaimana menjadi seorang wartawan investigasi.

Sebagai wartawan di masanya, Panda dalam bukunya itu sekaligus  mengajarkan kita bagaimana membuka sekaligus membangun relasi dengan nara sumber, termasuk pejabat pemerintah, penegak hukum mulai dari  pimpinan Polri, kejaksaan hingga pimpinan ABRI/TNI. Dalam kurun waktu yang panjang, Panda mampu merawat  relasi tersebut sebaik-baiknya. Suatu kemampuan yang tak bisa dimiliki oleh banyak orang. 

Dengan Prabowo Subianto atau Luhut Binsar Panjaitan misalnya. Kedua jenderal purnawirawan TNI ini sudah berkenalan sejak lama, dan persahabatan mereka masih terjalin  hingga sekarang. Panda mengenal Luhut ketika menjadi wartawan di Sinar Harapan (SH) dulu. Tak heran, dia biasa memanggil Luhut dengan hanya menyebut nama belakangnya, “Hut”.

Komunikasi Panda dengan Prabowo terjalin  ketika ia menjadi Ketua Pansus DPR yang mengusut tragedi Semanggi.

Dalam buku otobiografinya, Panda mengungkapkan bagaimana perkawanan nya dengan Menhan dan Menko Kemaritiman dan Investasi itu. Percaya atau tidak, baik Luhut maupun Prabowo pernah meminta bantuan ke Panda. Hebat sekali. Mantan Presiden  SBY dan mantan Wapres Jusuf Kalla pun mengenal Panda. Terlebih dengan  Presiden Joko Widodo (Jokowi), mereka dekat sekali, dan jauh sebelum menjadi presiden, keduanya sudah akrab dan sering bertukar pikiran. 

Hampir semua Jaksa Agung adalah sahabat baiknya. Begitu juga dengan Kapolri, rasanya tidak ada yang tidak menjadi kawannya. Bahkan, ketika Kapolri masih dijabat Hoegeng Iman Santoso  atau  Awaluddin Djamin, Panda sebagai wartawan menjalin hubungan baik dengan keduanya.

Dengan M Jusuf dan LB Moerdani atau Sudomo yang pernah menjadi pucuk pimpinan ABRI sudah tak asing dengan  Panda Nababan. Begitu juga dengan Menlu Adam Malik atau dengan Panglima Kopkamtib Jenderal Soemitro, salah satu penguasa di era Orde baru, hubungan mereka cukup baik.

Masih banyak tokoh yang pernah menjadi orang penting disebut Panda dalam bukunya sebagai kawan baiknya. Sebut saja mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Khusus dengan Megawati Soekarnoputri dan suaminya Taufiq Kiemas almarhum, sudah dikenal Panda sejak puluhan tahun silam. Panda dan Taufiq Kiemas pernah dua kali tahanan politik di sel RTM Budi Utomo. Dalam bukunya, kita bisa mengetahui awal mulanya Megawati dan Taufiq terjun ke dunia politik.

Dalam buku itu pun diceritakan seperti apa peran Panda membantu Megawati dan Taufiq pada masa-masa sulit. Bahkan, ketika Megawati sudah menjadi Ketua Umum PDI P  sekaligus Wakil Presiden RI dan suaminya saat sebelum dan setelah  Ketua MPR RI, Panda masih sering berdiskusi dengan mereka, apalagi ketika itu Panda adalah anggota DPR RI dari Fraksi PDI P. Ada nilai historis dan idiologis dalam persahabatan mereka. 

Secara obyektif dan jujur  saya mengaku Panda adalah wartawan kawakan, idealis,  wartawan handal, berintegritas dan tak kenal kompromi. Dia berani menghadapi kesulitan sebesar apa pun untuk tugasnya sebagai wartawan. Buktinya, Panda meraih trophy Adinegoro dari PWI Jaya atas prestasinya sebagai jurnalis. Sebuah penghargaan prestius untuk insan pers di tanah air, karena kerja jurnalistiknya.

 

Selama bekerja sebagai wartawan, Panda ikut membesarkan nama koran SH. Ini tidak lain karena ia banyak sekali membuat suatu reportase dengan investigasi. Panda pernah membongkar manipulasi atau penyelewengan di Bulog. Kasusnya naik ke pengadilan hingga pelakunya diadili. Pernah juga beberapa perwira kepolisian menjadi pesakitan setelah Panda membuat laporan korupsi pengadaan kebutuhan logistik Polri yang merugikan negara.

Kesemrawutan pengelolaan pelabuhan Tanjung Priok dan bandara udara Halim Perdana Kusuma berhasil di bongkar Panda Nababan. Dia membuat investigasi adanya patgulipat, penyimpangan dan penyelewengan oleh para oknum pejabat di Tanjung Priok dan di Halim Perdana Kusuma. Panda tak ingin ada kebobrokan itu.

Karena yang dirugikan adalah negara dan masyarakat.  

Semua reportasenya membuat pemerintah repot. Panda misalnya memberitakan kasus penyeludupan mobil mewah oleh pengusaha Robby Tjahyadi. Ia berhasil mewawancarai yang bersangkutan di RTM Budi Utomo karena mengantongi ijin dari penegak hukum. Dari wawancara tersebut akhirnya ada petunjuk menguak jaringan penyeludup mobil mewah.

Selain itu, Panda kembali mengungkap penyeludupan barang-barang impor setelah mendapat informasi dan data dari Dirjen Bea Cukai pada saat itu.

Panda Nababan juga satu-satunya wartawan yang berhasil mewawancarai sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer  yang sedang di tahan di Pulau Buru. Ketika memperdalam ilmu Jurnalistik di Rotterdam, Belanda, Panda juga mewawancarai Raymond PP Westerling, seorang tentara Belanda yang namanya dikenal di Indonesia sebagai tentara yang kejam.

 

SH nyaris dibredel ketika Panda menuliskan bocoran RAPBN 1973-1974 yang belum disampaikan Presiden Soeharto ke DPR. Suatu hal yang tabu atau sensitif pada zaman itu.

Pada hal, Panda Nababan tak pernah bercita-cita menjadi seorang wartawan. Dia tak pernah mengecap pendidikan formal untuk menjadi wartawan,bahkan, sejatinya Panda tidak menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Bisa dikatakan, Panda menjadi wartawan hanya karena kebetulan saja, tidak lama setelah  bebas dari sel tahanan militer. Awalnya dia ditawari sebagai wartawan di Warta Harian, milik Mas Isman.

Kemudian diajak bergabung dengan Sinar Harapan. Di koran sore ini, karirnya semakin moncer dan semakin luas di kenal para pejabat terkemuka. 

Tetapi, siapa yang menyangka di kemudian hari Panda adalah wartawan hebat ? Karena kecerdikannya, Sinar Harapan lah surat kabar yang pertama memberitakan peristiwa pembajakan pesawat Garuda Woyla. Masyarakat menjadi geger setelah membaca koran ini.

Bayangkan, berdasarkan sepotong informasi  rahasia di suatu pagi ada pesawat Garuda di bajak sekelompok teroris, Panda dan kawannya di redaksi secepat kilat mencari dan mengumpulkan informasi tentang pembajakan itu. Hasilnya, peristiwa itu sudah diketahui masyarakat ketika Sinar Harapan beredar di pasar  pada sore harinya. Begitu lah sistim kerja di sebuah surat kabar yang terbit pada sore hari. Dibawah tekanan, mereka bekerja berkejaran dengan deadline.

Secara eksklusif, wartawan Sinar Harapan  Panda Nababan melakukan reportase atas peristiwa kapal Tampomas II yang terbakar dan akhirnya tenggelam di perairan Masalembo.

Reportasenya atas kedua peristiwa di atas dilakukan Panda karena kehandalannya membangun relasi  dengan nara sumber termasuk pejabat terkait. Dia mendapatkan berkas rahasia tentang kondisi kapal Tampomas yang menjadi faktor penyebab kebakaran itu.

Banyak sekali liputan investigasi Panda Nababan yang menghebohkan. Seperti kasus korupsi di Pertamina ketika dipimpin Ibnu Sutowo. Dia lah satu-satunya wartawan yang dilibatkan dalam operasi pemberantasan penyeludupan yang digelar Kejaksaan Agung di Jakarta, di Medan dan di Riau Kepulauan yang berhasil menangkap gembong penyeludupan.

Selama 17 tahun bertugas sebagai wartawan di SH, tak sedikit tantangan dan ancaman yang dihadapi termasuk berurusan dengan aparat intelijen. Panda ditangkap dan di interogasi oleh Satgas Intel Kopkamtib dan aparat Kejaksaan Agung karena pemberitaan R APBN 1973/1974. Dia juga pernah di integorasi intelijen Hankam karena menulis laporan tragedi kemanusiaan di Desa Losarang, Indramayu, Jawa Barat. Entah berapa kali dia diperiksa karena berita-berita yang dimuat di SH.

Panda memang luar biasa. Sejumlah musisi besar, seniman maupun  budayawan kondang yang ditulis dalam bukunya itu disebut sebagai kawan-kawan baiknya. Misalnya Setiawan Djodi, Iwan Fals, WS Rendra adalah kawan Panda dalam berdiskusi. Sejumlah tokoh dan  politisi beragama Islam pada waktu itu pun disebut Panda sebagai sahabatnya.

Pengalaman Panda meliput di kancah perang pun menarik untuk disimak seperti dikisahkan dalam otobiografinya.  Dalam bukunya, berbagai peristiwa kemanusiaan yang diliputnya pada perang Vietnam menjadi pelajaran berharga untuk sebuah negara, termasuk di Afganistan dan di Timor Leste sebelum bergabung dengan RI. Perang saudara seperti yang dilaporkan Panda dari tiga negara itu sungguh membuat rakyat sengsara dan menderita. 

Panda Nababan adalah seorang wartawan sejati. Karena sampai saat ini, dia masih aktif di dunia jurnalistik sebagai pendiri sekaligus pemimpin di majalah Keadilan. Setelah keluar dari SH,  Panda bersama pengusaha Surya Paloh mendirikan koran Prioritas. Karena koran ini dibredel penguasa, keduanya berduet membesarkan koran Media Indonesia. Surya Paloh sendiri sudah lama dikenal Panda saat Surya masih bermukim di kota Medan. Panda pun diminta Jaksa Agung  Soekarton mengelola majalah Forum Keadilan untuk menjadi majalah umum, bukan sebuah majalah internal kejaksaan.

Tidak ada ruginya membaca buku otobiografi Panda Nababan, karena selain dikisahkan secara berurutan, isinya pun menambah pengetahuan kita terutama soal  intrik politik pada pusaran kekuasaan dimana ia ada di dalamnya.  Ketika Panda menjadi anggota DPR periode 1999 – 2004 dan periode 2004 – 2019, ia melakoni sendiri permainan politik kekuasaan itu. (Asim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *