Diperlukan Perampingan Manajemen Garuda, Mulai Komisaris Hingga SDM

by
Diskusi Dialektika Demokrasi bertema "Garuda Indonesia Anjlok, Bagaimana Upaya Penyelematan BUMN di Era Pandemi?" dengan nara sumber Ketua Komisi VI DPR Fraksi PKB, Faisol Riza, Pengamat Industri Penerbangan Hendra Soemanto,dan A. Eko Cahyono (Suara Pemred). (Foto: Jimmy)

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Pengamat Industri Penerbangan Hendra Soemanto berharap maskapai penerbangan ‘plat merah’ milik pemerintah, yakni Garuda Indonesia dikembalikan pada pondasi bisnisnya seperti semula. Yaitu untuk penerbangan domestik, internasional dan kargo dengan manajemen yang lebih profesional.

“Garuda juga harus memangkas komisaris, direksi sampai karyawan. Sebab sekarang ini struktur SDM nya terlalu gemuk, sehingga harus diminimalis dan Garuda sudah berusia 70 tahun,” tambah Hendra saat menjadi nara sumber diskusi Dialektika Demokrasi bertema “Garuda Indonesia Anjlok, Bagaimana Upaya Penyelematan BUMN di Era Pandemi?” di Media Center Gedung Nusantara III Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (17/6/2021).

Praktisi media Eko Cahyono menuturkan, berdasarkan laporan keuangan kuartal III/Tahun 2020, Garuda Indonesia rugi bersih Rp16,03 Triliun, tahun 2019 untung Rp1,7 Triliun, tahun 2018 rugi Rp2,45 Triliun, tahun 2017 rugi Rp2,98 Triliun, tahun 2016 untung Rp124,5 Miliar, tahun 2015 untung Rp1,075 Triliun dan tahun 2014, rugi Rp 4,87 Triliun.

“Jadi, Garuda harus terbuka dan cepat selesaikan masalahnya sendiri. Garuda perlu mejelaskan ke publik terkait persoalan yang tengah dihadapi agar berbagai persoalan yang menyelimuti perusahaan itu bisa diselesaikan dengan cepat,” katanya.

Soal perampingan manajemen sebagaimana disampaikan Hendra Soemanto, Eko juga setuju. Namun, selain dilakukan perampingan manajemen Garuda, perlu dibangun citra Garuda baru (new Garuda) untuk memulihkan kepercayaan para pemegang saham.

“Tapi skema pemulihannya sangat bergantung pada Kemnterian Keuangan, bukan hanya pada Kemenneg BUMN saja,” ujarnya seraya mengakui kalau dalam kondisi saat ini, tidak mudah bagi Garuda untuk bangkit karena pandemi Covid-19 masih mendera industri penerbangan dunia termasuk Garuda Indonesia.

Ditambah lagi, kata Eko, Garuda Indonesia tengah menanggung utang Rp70 Triliun. Utang perusahaan disebut-sebut terus bertambah hingga Rp1 triliun setiap bulan akibat tunggakan pembayaran sewa pesawat kepada lessor dan biaya operasional lainnya. (Jimmy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.