Ratusan Advokad Siap Dukung Danu Arianto Sebayang Jadi Ketua DPC Peradi Jakarta Timur

by
by

BERITABUANA.CO, JAKARTA – Ratusan pengacara yang tergabung dalam Peradi mendeklarasikan pengacara Danu Arianto Sebayang sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Peradi Jakarta Timur. Mereka menyatakan kesiapannya mengusung Danu kedalam proses pemilihan mendatang.

Karena itu saat menyampaikan pidato deklarasinya, ratusan advokat tersebut langsung menyambutnya dengan penuh sembangat .Teriakan ‘Danu Sebayang yes’ dan ‘Danu Sebayang Ketua DPC Jaktim’ pun membahana dalam aula pertemuan tersebut.

“Dimana pun saya berorganisasi dan menjadi pimpinan, saya selalu melayani. Bukan minta untuk dilayani,” kata Danu Arianto Sebayang dalam deklarasi pencalonannya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Peradi Jakarta Timur, di Hotel 678 Cawang, Jakarta Timur, Jum’at (04/12/2020).

Meski suasana tampak riuh namun semua advokat yang hadir tetap mengenakan masker dan duduk berjarak 1.5 meter dalam rangka menjalankan protokol kesehatan ditengah suasana wabah Covid-19 seperti saat ini.
Danu Sebayang dalam deklarasi tersebut memaparkan dirinya apa adanya. Termasuk serangan black company dari saingannya dalam pencalonan Ketua DPC Peradi Jakarta Timur yang menyebutnya sebagai seorang mantan jaksa yang dipecat.

“Saya memang pernah dipecat sebagai jaksa. Saya tak akan menutup-nutupinya. Tapi itulah kesalahan satu-satunya yang saya alami. Silahkan anda mengecek di google atau di media manapun,” katanya menandaskan.
Ia pun menuturkan, setelah diberhentikan sebagai jaksa ia meneruskan hidup sebagai pengacara pada 2011. Dua kali mengontrak kantor dan berjuang ‘berdarah-darah’ sampai memiliki kantor sendiri di daerah Kelapa Dua Jakarta Timur.

“Orang berpikir saya memiliki uang bermiliar-miliar setelah berhenti jadi jaksa. Semuanya bohong dan fitnah. Saya menjadi pengacara dengan memulai dari nol. Ditengah cacian dan makian. Namun semuanya saya tahan dengan sabar. Bisa disebut berjuang kami dengan ‘berdarah-darah,” kata Danu menambahkan.

Danu Sebayang memang pernah disidang di Majelis Kehormatan Jaksa (MKJ) pada 2006 terkait rencana tuntutan ganda yang dibuat Kepala Kejati DKI Rusdi Taher. Namun dalam MKJ yang diadili hanya 4 jaksa di lapangan termasuk Danu Sebayang. Dan yang mendapat hukuman terberat adalah Danu Sebayang dengan vonis diberhentikan sebagai jaksa.

Berbicara soal kasus rentut ganda yang dituduhkan kepada Kepala Kejati DKI Jakarata tersebut, bagaimanapun tak bisa dilepaskan dengan konteks suasana saat itu. Meskipun sulit dihubungkan antara kasus rentut ganda dengan konteks suasana saat itu, keberadaan konteks suasana saat itu fakta adanya. Salah satunya adalah konflik internal antara Kepala Kejati DKI dengan Jampidsus Kejagung soal perkara korupsi Kemayoran.

Kasus yang diduga melibatkan Murdaya Poo yang saat itu bergabung dengan Demokrat sebagai partai penguasa awalnya diusut Kejati DKI. Namun diambil alih Jampidsus Kejagung. Setelah diambil alih justru perkara itu tidak berlanjut ke pengadilan. Itu sebabnya, kasus rentut ganda disebut juga buntut konflik penanganan kasus Kemayoran sehingga empat jaksa lapangan itu ketiban apes. Dan diantara empat jaksa itu, tentu yang paling sial adalah Danu Sebayang karena ia dihukum paling berat.

Meski dihukum paling berat, Danu Sebayang memilih menerima sanksi dari pelanggaran disiplin berat tersebut. Ia seperti menerima dihukum sementara yang lain disimpan. Sikapnya itu kemudian dipandang sebagian orang karena karakternya yang loyal.

Karakter loyal ini diungkapkan wartawan senior Syamsul Mahmuddin dari Majalah KEADILAN saat diminta testimoninya.

“Saya kenal Danu sejak menjadi jaksa dan menjabat kepala seksi atau eselon IV. Karirnya moncer. Dalam waktu pendek dipromosi menjadi Pengkaji (kini Kordinator) di Kejati atau eselon III. Saat itu, mujur tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak, meletuslah kasus rentut ganda yang tak bisa kita nilai secara hitam putih,” kata Syamsul mengisahkan.

Hal senada juga diungkapkan pengacara Minola Sebayang dalam kesempatan yang berbeda. “Danu Sebayang juga bertangan dingin. Setiap organisasi yang dipimpinnya setelah menjadi pengacara selalu besar. Saya harap Peradi Jakarta Timur juga nantinya besar,” ujarnya.

Minola dengan setengah berkelakar juga berkata biasanya pengacara hanya pintar ‘menambah dan mengali’, tapi sering lupa ‘membagi’.

“Saya sering bekerja sama dengan Danu. Ia tak hanya pandai mengali dan menambah, tapi juga bijak dalam membagi,” ujarnya disambut tawa ratusan advokat yang hadir. Oisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *